• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Lebaran 2025: Truk Sumbu 3 Dikurbankan?

img

Menjelang Lebaran 2025, perdebatan mengenai pelarangan truk sumbu 3 kembali mencuat. Pengamat logistik, Sugi Purnoto, menyarankan agar pemerintah lebih selektif dalam menerapkan pelarangan ini, mempertimbangkan dinamika mudik yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Sugi berpendapat bahwa pelarangan total seperti tahun-tahun sebelumnya tidak lagi relevan mengingat infrastruktur jalan tol yang semakin berkembang. Durasi pelarangan idealnya disesuaikan dengan puncak arus mudik dan balik, bukan mengikuti pola yang kaku.

“Perlu dibuat kalkulasi lagi, jangan sampai kebijakan pelarangan itu kemudian mengorbankan kegiatan logistik yang posisinya sangat besar dibutuhkan masyarakat,” ujar Sugi, menekankan pentingnya keseimbangan antara kelancaran mudik dan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok.

Pertimbangan Psikologis dan Infrastruktur

Sugi menyoroti perubahan perilaku pemudik. Ia memperkirakan jumlah pemudik setelah Lebaran akan menurun drastis, hanya sekitar 20% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan Lebaran yang jatuh di awal minggu, berbeda dengan tahun sebelumnya yang jatuh di tengah minggu.

“Jadi, tidak boleh hanya meng-copy paste aturan dari Lebaran sebelumnya,” tegasnya. Ia menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan faktor psikologis dan infrastruktur yang ada.

Selain itu, Sugi juga menyinggung libur Nyepi yang jatuh pada Jumat, 29 Maret 2025, sebelum Lebaran. Hal ini berpotensi memecah arus mudik, memungkinkan sebagian masyarakat untuk mudik lebih awal. Apalagi, jika pemerintah memperbolehkan ASN untuk Work From Anywhere (WFA) selama libur Lebaran, mereka bisa mudik lebih awal lagi, bahkan sejak 22 Maret 2025. Untuk informasi lebih lanjut mengenai kebijakan WFA, Anda bisa mengunjungi situs resmi pemerintah.

Namun, Sugi mengakui bahwa pelarangan selektif tetap memungkinkan jika arus mudik tetap padat. Pemerintah perlu memantau kondisi lapangan secara cermat untuk menentukan kapan pelarangan perlu diberlakukan kembali.

Dampak Pelarangan Terhadap Distribusi Logistik

Sugi mengingatkan dampak pelarangan yang terlalu lama terhadap distribusi logistik. Ia mencontohkan potensi kekosongan stok di minimarket jika truk sumbu 3 dilarang beroperasi dari 24 Maret hingga 8 April 2025.

“Kalau distribusinya terhambat dari 24 Maret 2025 hingga 8 April 2025 nanti, stok di minimarket itu kan bisa kosong. Kita mau minum apa nanti? Apalagi sudah banyak masyarakat khususnya di Jakarta yang nggak minum air rebusan lagi,” ujarnya, menggambarkan pentingnya kelancaran distribusi air minum dan kebutuhan pokok lainnya.

Ia menjelaskan bahwa setelah periode pelarangan yang disesuaikan, truk sumbu 3 seharusnya diizinkan beroperasi kembali, baik di Jabodetabek maupun dari Barat ke Timur Pulau Jawa.

Tantangan Mudik ke Sumatera

Sugi menyoroti tantangan khusus dalam mudik ke Sumatera, di mana jumlah pemudik cukup besar dan harus melalui penyeberangan kapal dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni.

“Yang agak kendala itu, menurutnya, yang menuju Sumatera yang jumlah pemudiknya jauh lebih besar dari yang mudik ke Pulau Jawa. Apalagi, mudik ke Sumatera itu harus melalui penyeberangan kapal dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni,” jelasnya.

Ia menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan kondisi di Pelabuhan Merak dan Bakauheni sebelum memutuskan untuk mencabut pelarangan truk sumbu 3. Ia memperkirakan bahwa pada 2 April, pelarangan mungkin sudah bisa dicabut, namun tetap harus berdasarkan kondisi lapangan.

Kesimpulan: Pelarangan truk sumbu 3 selama Lebaran 2025 perlu dilakukan secara selektif, mempertimbangkan dinamika mudik yang berubah, infrastruktur yang berkembang, dan dampak terhadap distribusi logistik. Pemerintah perlu memantau kondisi lapangan secara cermat dan mengambil keputusan yang bijak untuk memastikan kelancaran mudik dan ketersediaan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Pemerintah juga akan menindak tegas truk ODOL (Over Dimension Over Load) yang beroperasi selama arus mudik Lebaran karena sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Hal ini menjadi perhatian serius untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya selama periode mudik.

Sugi Purnoto adalah Pengamat Industri Logistik dan Senior Consultant Supply Chain Indonesia.

Demikian lebaran 2025 truk sumbu 3 dikurbankan sudah saya bahas secara mendalam dalam news Terima kasih telah mempercayakan kami sebagai sumber informasi tetap semangat berkolaborasi dan utamakan kesehatan keluarga. Ajak temanmu untuk ikut membaca postingan ini. Sampai bertemu di artikel menarik berikutnya. Terima kasih.

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads